)
Segmentasi Pasar Paling Berpengaruh Di Era Digital [Umkm Harus Tau]
Segmentasi pasar adalah salah satu strategi pemasaran yang biasa digunakan oleh pemilik usaha untuk menumbuhkan market share (pangsa pasar) dengan mengelompokan pelanggan dalam berbagai kelompok pasar. Dahulu kita biasa mengelompokan pelanggan kedalam beberapa kelompok seperti Geografis, perilaku, dan juga demografis.
Philip Kotler dalam bukunya marketing 4.0 memperkenalkan 3 segmentasi pasar paling berpengaruh di era digital, dimana jika produk yang kita buat bisa menyentuh mereka, brand yang kita bangun bisa berkembang dalam waktu yang relatif lebih cepat.
Philip Koteler juga menjelaskan bahwa tidak semua pelanggan memiliki pengaruh yang sama untuk perkembangan brand. Jika kita amati, beberapa segmentasi pasar memiliki perilaku yang berbeda dalam membeli produk.
Ada segmen yang mengandalkan preferensi dan pengetahuan pribadi ketika membeli produk, baik melalui informasi yang mereka baca ataupun iklan yang mereka lihat. Bukan berarti tidak penting, tapi ini adalah segmen pasar yang tidak akan membuat brand Anda ber bola salju, karena kebanyakan mereka tidak suka berbagai pengalaman dengan orang lain.
Namun disisi lain ada segmen pasar yang lebih suka untuk meminta dan berbagi rekomendasi atas suatu produk. Mereka adalah kelompok pasar yang memiliki kemungkinan lebih besar untuk membuat sebuah brand menjadi viral, bahkan ikut menjadi pembela merek yang setia.
Segmentasi Pasar Paling Berpengaruh di Era Digital
Menurut Philip Kotler, ada 3 subkultur digital yang paling berpengaruh di era digital. 3 segmentasi pasar tersebut adalah Youth (Pemuda), Women (Perempuan), Netizen (warganet) yang ia singkat menjadi YWN.
1. Anak Muda untuk Mind Share
Anak muda adalah segmen pasar yang sangat potensial, selain jumlahnya yang besar, mereka adalah penganjur yang sangat diikuti suaranya oleh orang disekitarnya.
Perlu kita ketahui bersama bahwa anak muda atau yang selama ini kita kenal sebagai milenials adalah orang yang suka dengan eksperimen, mereka suka mencoba hal-hal baru yang selama ini dianggap terlalu beresiko oleh golongan orang dewasa.
Ini artinya, tren peluncuran produk dalam versi beta sangat membutuhkan peran anak muda yang pada basic-nya memang suka mencoba dan memberikan saran perbaikan.
Selain itu anak muda adalah trendsetter, mereka selalu mengikuti apa saja hal baru yang saat itu menjadi tren. Senang mencoba hal baru, dan selalu mengikuti tren terbaru membuat suaranya selalu diperhitungkan oleh kalangan lainnya.
Coba kita amati beberapa produk digital yang sekarang mendulang kesuksesan, sebagian besar mereka menargetkan anak muda sebagai pengguna awal. Netflix, facebook, twitter,Spotify, adalah produk yang awalnya hanya ngetren dikalangan anak muda saja, namun beberapa produk diatas kini sudah bisa menyentuh masyarakat utama.
Pola semacam ini juga terjadi di Indonesia, coba kita amati beberapa tempat wisata, produk, cafe, dan hal lainnya yang sering viral di media sosial, orang yang pertama kami membicarakan dan membuatnya menjadi viral kebanyakan anak muda. Selanjutnya kalangan tua dan masyarakat utama tinggal mengikuti apa yang disarankan oleh milenials.
Pada akhirnya, kaum mudah dalam pengubah permainan. Ya, the game Changer yang sebenarnya adalah anak muda. Berani melakukan hal baru, terkenal objektif, peduli dengan apa yang terjadi disekitar, dan sangat vokal pada akhirnya berujung pada kesimpulan, anak muda adalah kunci mind share. Anak muda adalah target yang sangat tepat jika Anda ingin mempengaruhi pikiran pelanggan dalam segmen umum.
2. Perempuan untuk Market Share
Perempuan juga menjadi salah satu segmen pasar paling berpengaruh di era digital, selain ukurannya yang besar, philip kotler juga menjelaskan bahwa profil wanita sebagai segmen pasar sangat istimewa. Jika dibagi dalam beberapa sub segmen, perempuan dapat dibagi menjadi 3 segemen, yakni perempuan rumah tangga, ibu rumah tangga yang ingin bekerja, dan juga juga wanita karier. Jika kita kerucutkan, dunia wanita berada di lingkaran keluarga dan pekerjaan.
Perlu kita ketahui bahwa perempuan adalah seorang yang suka mengmpulkan informasi, hal ini bisa kita lihat dari aktivitas perempuan ketika berada di mall untuk membeli produk, mereka akan pergi dari gerai satu ke gerai lainnya, lalu kembali ke titik sebelumnya. Sifat ini sangat kontras dengan pria yang segalanya ingin cepat selesai.
Bukan saja mengumpulkan informasi, perempuan juga suka sekali membahas suatu merek, tidak hanya pada teman dan keluarga, mereka juga terbuka untuk berbagi informasi dengan orang lain tentang merek yang sudah mereka gunakan.
Sifatnya sebagai seorang yang gemar mengumpulkan informasi tentu sangat disukai oleh marketer, karena berarti segala upaya dan pembicaraan merek yang kita lempar kepasar akan diikuti oleh mereka, dan ikut dibagikan kepada orang lain.
Fakta yang kedua tidak kalah menarik, perempuan adalah “manajer segala urusan” dalam rumah tangga yang kerap menjabat sebagai manajer keuangan, manajer aset, dan juga manajer pembelian.
Pada tahun 2008, Pew Research Center menerbitkan sebuah laporan diman perempuan terlibat dalam 41% keputusan yang ada pada sebuah rumah, sedangkan pria hanya 26% saja.
Data terkait perempuan sebagai manajer keuangan rumah tangga juga pernah ditunjukan oleh MarkPlus Insight tahun 2015, dimana 75% perempuan di Indonesia mengelola keuangan rumah tangga, dan uniknya, dari total sample hanya 51% yang mengaku sebagai wanita karier.
Tidak hanya dominan di lingkungan rumah, perempuan juga lumayan dominan di lingkungan kerja. Ini bisa kita lihat dari laporan Biro Statistika AS, dimana sebanyak 41% wanita karier memiliki wewenang untuk membuat keputusan pembelanjaan terhadap atasan mereka.
Suka mengumpulkan informasi dan berbagi, memiliki pengaruh yang kuat di rumah dan tempat kerja, membuat wanita patut untuk menjadi salah satu kadidat kuat untuk diprioritaskan dalam segmentasi pasar. Jika brand Anda ingin menjadi yang menonjol di segemen utama, setidaknya brand Anda harus bisa melewati proses penyaringan keputusan komprehensif yang biasa dilakukan oleh perempuan.
3. Netizen untuk Heart Share
Pertama, kita harus memiliki perspektif yang sama terlebih dahulu soal Netizen atau Warganet. Dalam artikel ini, perlu kita sepakati bersama bahwa tidak semua pengguna internet bisa kita sebut sebagai netizen, sederhannya warganet atau netizen adalah pengguna internet yang suka berkontribusi, ciri-cirinya adalah mereka suka mengumpulkan informasi, pengkritik, ataupun content creator, mereka tidak hanya mengonsumsi konten di internet, tapi juga terlibat aktif didalamnya.
Philip Kotler menjelaskan bahwa peran warganet untuk mempengaruhi orang lain sangat besar, hal ini karena mereka selalu memiliki hasrat untuk terhubung dan berkontribusi. Selain itu, warganet adalah pembela ekspresif yang sangat vokal, dengan berinteraksi secara anonim, membuat mereka sangat agresif dalam menyampaikan pendapat.
Kekurangan dari hal ini membuat trols dan cyberbullies menjadi sangat subur di internet. Namun sisi positifnya bagi seorang internet marketer adalah munculnya pembela merek yang setia. Dan itu artinya, pembela akan menjadi seorang pencerita yang membicarakan dan menyebarkan sebuah merek pada lingkaran mereka.
Harus kita akui bahwa mereka memiliki peran yang tidak pernah bisa digantikan oleh iklan, hal ini karena mereka pencerita autentik yang berasal dari kepuasan seorang pelanggan.
Tumbuh secara eksponensial berdasarkan hubungan emosional dan keuntungan bersama, kita bisa menarik kesimpulan bahwa warganet adalah kunci untuk mengembangkan heart share sebuah brand. Mereka adalah buzzer atau pengeras suara yang tumbuh secara organik.
Sumber:
https://divedigital.id/segmentasi-pasar-di-era-digital/